Rabu, 09 November 2011

Dampak Tayangan Televisi


PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dampak tayangan televisi belakangan ini sangat memprihatinkan, khususnya mereka yang belum mempunyai referensi yang kuat yakni anak-anak. Hal ini disebabkan karena tayangan televisi tidak sesuai dengan usia anak sehingga, anak akan mudah terpengaruh. Tayangan negatif biasanya banyak didapatkan di layar televisi. Seperti dinyatakan oleh Devito (1997:507) bahwa televisi adalah media yang paling populer dan tersebar (di Amerika, dan mungkin juga di Indonesia). Selama 10 atau 15 tahun yang lalu televisi telah berubah drastis. Selama 10 atau 15 tahun yang akan datang perubahannya mungkin akan jauh lebih besar lagi.
Anak-anak yang keasyikan menonton tayangan televisi tidak sadar akan pengaruh yang timbul pada diri mereka. Pengaruh yang timbul bisa muncul dalam berbagai macam bentuk, mulai dari tingkah laku, cara berbicara, serta tindakan-tindakan konyol yang sebelumnya belum pernah dilakukan. Pernahkah para pendidik menghitung berapa banyak peluru dimuntahkan seharian di layar televisi, dan juga berpikir bahwa tayangan yang disajikan dalam televisi yang dikemas dalam bentuk hiburan benar-benar menghibur, serta pernahkah dipikirkan bahwa tayangan yang diberi “tugas” memberi pendidikan tersebut justru berdampak tidak mendidik?. Mungkin hal tersebut tidak sempat dihitung atau terlalu “kurang kerjaan”. Atau kalaupun sempat, tidak dapat dihitung karena  besarnya angka yang akan didapat.
Bahasan ini berkaitan dengan dampak negatif tayangan televisi terhadap kualitas pola pikir anak karena, semakin terasanya sisi negatif tayangan televisi yang sudah memakan banyak korban serta mempengaruhi pola pikir dari penonton terutama pada kalangan anak. Untuk itu, dalam makalah ini dipaparkan analisis dan ilustrasi, bahwa televisi bisa menjadi sumber malapetaka luar biasa bila  diabaikan. Seperti dinyatakan oleh Novianto bahwa ilustrasi merupakan lukisan (gambar, foto) yang dimaksudkan untuk membantu memperkuat daya khayal atau memperjelas maksud uraian (dalam buku, koran) (Novianto, 2000: 227). Efeknya bisa dahsyat karena televisi berada sangat dekat dengan kita.
 Adapun solusi untuk meminimalisir dampak negatif tayangan televisi tersebut diuraikan dalam poin berikut ini.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, terkait dengan dampak tayangan televisi terhadap pola pikir anak, maka masalah yang timbul dirumuskan berikut ini.
1)   Apakah yang dimaksud dengan tayangan televisi dan apa dampaknya bagi anak?
2)   Bagaimana pengaruh tayangan televisi terhadap pola pikir anak?
3)   Bagaimana cara untuk menimilkan dampak negatif tayangan televisi pada anak?
4)   Apa manfaat hari tanpa televisi terhadap perkembangan anak?



















BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Pengertian Tayangan Televisi dan Dampaknya pada Anak
Televisi merupakan sarana komunikasi utama di sebagian besar masyarakat kita, yang dapat menampilkan gambar dalam bentuk gerak, suara dan bunyi. Tidak ada media lain yang dapat menandingi televisi dalam hal volume teks budaya yang diproduksinya karena paling banyak diminati oleh khalayak maka, banyak juga tayangan yang diberikan. Akan tetapi, tidak semua tayangan televisi layak untuk ditonton. Maka dari itu, tayangan Televisi harus diatur karena akan mempengaruhi sikap dan perilaku khalayak khususnya bagi yang belum memiliki referensi yang kuat (anak-anak dan remaja). Terlebih karena televisi bersifat audio visual sinematografis yang memiliki dampak besar terhadap perilaku khalayak seperti pengaruh “jarum suntik“ terhadap manusia. Contoh nyata, yaitu karena meniru film India, bocah SD kehilangan nyawa. Maliki 13 tahun, tewas dengan leher terjerat tali tambang. Menurut keluarga korban, Maliki tewas terjerat tali ayunan saat mempraktekkan adegan bunuh diri dalam film India yang tengah ditontonnya di sebuah stasiun televisi.
Kasus Maliki, semakin menambah daftar panjang akibat negatif tayangan televisi terhadap anak-anak. Berbagai tulisan, kertas kerja, dan penelitian sudah banyak memberikan dampak negatif si kotak ajaib itu. Bahkan, tudingan miring terhadap televisi sudah merebak sejak kelahirannya pada era 50-an. Kehadiran kotak Dewa Janus itu tidak bisa ditolak karena televisi juga adalah medium pembelajaran yang sangat efektif. Oleh sebab itu, paradigma atau kajian terhadap televisi sebaiknya segera diubah. Kajian harus difokuskan pada pengaruh positif dan mengoptimalkan manfaatnya sebab pengaruh negatif televisi otomatis bergaris linier dengan perkembangan zaman dan sulit dihindari.
Kendati bukan media interaktif bagi anak-anak, televisi termasuk medium yang sangat diminati. Televisi mampu menghadirkan kajadian, peristiwa, atau khayalan yang tidak terjangkau panca indera ke dalam ruangan atau kamar anak-anak. Televisi juga mampu mengingat 50 persen dari apa yang mereka lihat dan dengar kendati ditayangkan sekilas.
 Posisi anak-anak atas tayangan televisi memang sangat lemah. Hal ini berkaitan dengan sifat anak (a) anak sulit membedakan mana yang baik atau buruk serta mana yang pantas ditiru atau diabaikan, (b) anak tidak memiliki selfcensorship dan belum memiliki batasan nilai, dan (c) anak nonton bersifat pasif dan tidak kritis akibatnya, semua yang ditayangkan akan dianggap sebagai kewajaran. Sifat-sifat itu tentu saja sangat rentan bila tayangan televisi yang antisosial seperti kekerasan dan pornografi menerpa mereka. Lebih-lebih kualitas tontonan yang ditayangkan televisi komersial di Indonesia umumnya masih jauh dari memihak kepada anak-anak. Seperti yang dinyatakan dalam google. com, Hebert mengatakan:  

televisi selamanya akan tetap ada dan akan terus mempengaruhi fisik, mental, emosi dan perkembangaan jiwa anak. Sebagai konsumen, orang tua, anak, atau guru harus melek media, minimal menjadi penonton televisi yang kritis karena, pada dasarnya pengelola stasiun televisi akan rugi sendiri bila tayangannya tidak ditonton oleh pemirsa (http://www/mailarchive/com).


2.2       Pengaruh Tayangan Televisi terhadap Pola Pikir Anak
Keseringan menonton tayangan televisi juga dapat mempengaruhi pola pikir, khususnya pada anak. Mereka merasa bahwa, semua orang akan bertingkah laku seperti yang dilihatnya di televisi. Hal itu akan tampak pada tingkah laku anak sehari-hari. Anak akan cenderung bertingkah laku seperti tokoh yang diidolakannya itu. Dampak tayangan televisi tidak hanya akan mengubah pola pikir anak, melainkan orang dewasa juga ada yang tidak dapat membedakan realitas atau khayalan. Untuk mengetahui lebih jelasnya, yang dimaksud dengan pola pikir adalah pola-pola dominan yang menjadi acuan utama seseorang untuk bertindak dalam pengembangan jati diri-nya. Lebih spesifik-nya, pola pikir disebut juga sebagai model pedoman berpikir atau sudut pandang berpikir seorang anak yang sedang menjalani tahapan dari anak-anak ke dewasa, mempengaruhi cara kita menangani anekaragam persoalan kehidupan, dan pola pikir juga mendorong kita memilih dan mengucapkan kata-kata dalam berbagai konteks kehidupan.
Pola pikir ini terbentuk karena faktor imprint. Imprint adalah peristiwa masa lalu yang sangat membekas. Imprint dapat bersifat positif maupun negatif,  Imprint sangat mempengaruhi pola pikir dan kinerja seseorang. Contohnya, seseorang anak yang rajin bekerja. Misalnya, senang membantu ibu memasak di dapur, membersihkan tempat tidur dan lain sebagainya. Hal itu tergantung menurut imprint-nya selama ini. Imprint juga bisa berubah, tergantung pada individu masing-masing. Seperti yang dinyatakan dalam google. com, Chaplin mengatakan:

imprinting merupakan satu reaksi tingkah laku yg [sic!] diperoleh orang selama usia masih sangat mudah [sic!] dalam kehidupan, yang secara normal dapat dibebaskan oleh suatu perangsang atau situasi yang cepat-cepat ditembakkan atau diberikan, sehingga ada reaksi mengikuti subyek lain. Selain itu faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi pola pikir seseorang, terutama lingkungan keluarga tempat seseorang dibesarkan (http://eko13. wordpress.com).

Di zaman modern ini banyak orang yang pola pikirnya telah dipengaruhi oleh media elektronik, misalnya saja TV. Televisi mempunyai pengaruh positif dan negatif, khususnya bagi anak-anak. Pengaruh media terhadap anak makin besar, teknologi semakin canggih dan intensitasnya semakin besar pula. Padahal orang tua tidak punya waktu yang cukup untuk memerhatikan, mendampingi dan mengawasi anak. Anak lebih banyak menghabiskan waktu menonton televisi, ketimbang melakukan hal lainnya. Dalam seminggu anak menonton televisi sekitar 170 jam. Mereka juga belajar untuk duduk di rumah dan menonton, bukannya bermain di luar dan berolahraga. Hal ini menjauhkan mereka dari pelajaran-pelajaran hidup yang penting, seperti sebagaimana cara berinteraksi dengan teman sebaya, belajar cara berkompromi dan berbagi di dunia yang penuh dengan orang lain.
Padahal faktanya tidak semua acara televisi aman untuk anak. Acara yang aman untuk anak hanya kira-kira 15% saja. Oleh karena itu harus          benar-benar diseleksi. Saat ini jumlah acara televisi untuk anak usia pra-sekolah dan sekolah dasar, perminggu sekitar 80 judul ditayangkan dalam 300 kali penayangan selama 170 jam. Padahal dalam seminggu ada 24 jam x 7 = 168 jam!. Jadi, selain sudah sangat berkebihan, acara untuk anak juga banyak yang tidak aman karena anak merupakan kelompok pemirsa yang paling rawan terhadap dampak negatif siaran televisi.
Anak-anak akan bersifat pasif jika keseringan dalam berinteraksi dengan televisi, sering kali mereka terhanyut dalam dramatisasi terhadap tayangan yang ada di televisi. Disatu sisi televisi menjadi sarana sebagai media informasi, hiburan bahkan bisa sebagai kemajuan kehidupan. Namun di sisi lain, televisi dapat menularkan efek yang buruk bagi sikap, pola pikir dan perilaku anak. Televisi tidak bisa dipungkiri, kini boleh dikatakan telah menjadi pengasuh setia masyarakat, tidak terkecuali anak-anak. Yang menjadi masalah, kalau anak-anak menonton tayangan televisi yang tidak sesuai dengan usia anak. Misalnya, tayangan seks dan kekerasan. Anak-anak yang banyak menghabiskan waktu-nya dengan menonton televisi, namun belum memiliki daya kritis yang tinggi, akan mudah sekali terpengaruh dengan isi dan materi tayangan televisi yang      ditonton-nya, dan pengaruhnya bisa terbawa sampai mereka dewasa. Apalagi di- zaman sekarang ini banyak keluarga yang menjadikan televisi sebagai sahabat anak sehingga, tidak heran bila bagian besar waktu si kecil dihabiskan di depan kotak ajaib tersebut.
Selain berhati-hati dengan kategori acara yang ditonton si kecil, ada baiknya orang tua juga paham terhadap dampak negatif tayangan televisi, terhadap kualitas pola pikir anak. Adapun dampak tersebut adalah berkaitan dengan berkembangan otak, di samping dampak berikut ini.
a.    Membentuk pola pikir sederhana.
b.    Menguragi semangat belajar.
c.    Mengurangi konsentrasi.
d.   Meningkatkan kemungkinan obesitas atau kegemukan.
e.    Mengurangi kreativitas.
f.     Mematangkan siswa dalam hal seksual.
Adapun dampak yang berupa pengaruh pada perkembangan otak anak usia 0-3 tahun, yaitu dapat menimbulkan gangguan perkembangan bicara, menghambat kemampuan membaca-verbal maupun pemahaman. Di samping itu,  menghambat kemampuan anak dalam mengekspresikan pikiran melalui tulisan, meningkatkan agresivitas dan kekerasan dalam usia 5-10 tahun, serta tidak mampu membedakan antara realitas dan khayalan. Seperti yang dinyatakan oleh Effendy bahwa bahasa merupakan lambang verbal yang terdiri atas kata-kata yang paling banyak dipergunakan dalam komunikasi, karena bahasa mampu menyatakan pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain mengenai hal yang kongkret maupun yang abstrak (Effendy, 2006:55).
Adapun kaitannya dengan pembentukan pola pikir sederhana pada anak, yaitu karena terlalu sering menonton televisi dan tidak banyak membaca menyebabkan anak akan memiliki pola pikir sederhana, kurang kritis, linier atau searah dan pada akhirnya akan mempengaruhi imajinasi, intelektualitas, kreativitas dan perkembangan kognitifnya. Sedangkan berkaitan dengan semangat belajar anak menjadi kurang disebabkan karena, bahasa televisi simpel, memikat, dan membuat ketagihan sehingga sangat mungkin anak menjadi malas belajar. Bahkan, ada orang tua yang sampai memarahi anak, menjewer telinga anak karena anak yang tidak mau belajar sehingga, anak mau belajar bukan karena kemauannya sendiri, melainkan karena paksaan dari orang tua. Sebenarnya, cara ini tidak baik bagi psikis anak. Anak akan merasa tertekan dan lama-kelamaan anak akan berontak. Sebaiknya orang tua tidak melakukan hal itu. Orang tua bisa menasehatinya terlebih dahulu, dan memberikan gambaran terhadap dampak negatif jika, keseringan menonton televisi dan jarang belajar.
Adapun kaitannya pada pengaruh konsentrasi anak menjadi kurang. Kurangnya semangat belajar, berdampak juga dalam mempengaruhi konsentrasi anak. Konsentrasi adalah untuk memahami dan menguasai pikiran-perasaan sehingga ia tidak lagi menanggapi dengan kacau terhadap suatu peristiwa. Anak akan mudah berkonsentrasi terhadap sesuatu, jika pikirannya selalu diisi dengan suatu hal yang baik. Anak yang susah untuk berkonsentrasi itu karena, setiap hari pikirannya selalu diisi dengan hal-hal yang tidak baik, sehingga anak cenderung tidak dapat memusatkan pikirannya terhadap pekerjaan yang ia lakukan. Anak tersebut akan lebih suka menonton tayanan di televisi, daripada membaca buku pelajarannya.
Dalam kaitannya dengan dampak yang berupa pengaruh pada meningkatkan kemungkinan obesitas atau kegemukan, yaitu anak biasanya tidak berolahraga dengan cukup karena anak biasa menggunakan waktu senggang untuk menonton televisi, padahal televisi membentuk pola hidup yang tidak sehat. Hal itu terbukti, pada saat anak lebih banyak menonton televisi, maka lebih banyak mereka mengemil di antara waktu makan. Yaitu, mengkonsumsi makanan yang diiklankan di televisi dan cenderung mempengaruhi orang tua mereka untuk membeli makanan-makanan tersebut. Anak-anak yang tidak mematikan televisi sehingga jadi kurang bergerak beresiko untuk tidak pernah bisa memenuhi potensi mereka secara penuh. Selain itu, duduk berjam-jam di depan layar membuat tubuh tidak banyak bergerak dan menurunkan metabolisme, sehingga lemak bertumpuk, tidak terbakar dan akhirnya menimbulkan kegemukan.       
Adapun kaitannya terhadap pengaruh kreativitas anak yaitu, dengan adanya televisi, anak-anak jadi kurang bermain, mereka menjadi manusia-manusia yang individualistis dan sendiri. Setiap kali mereka merasa bosan, mereka tinggal memencet remote control dan langsung menemukan hiburan sehingga, waktu liburan seperti akhir pekan atau libur sekolah, biasanya kebanyakan diisi dengan menonton televisi. Anak seakan-akan tidak punya pilihan lain karena tidak dibiasakan untuk mencari aktivitas lain yang menyenangkan. Hal ini membuat anak cenderung  tidak kreatif.
Sedangkan berkaitan dengan dampak yang terakhir yaitu, berupa pengaruh terhadap kematangan seksual anak lebih cepat. Hal itu disebabkan karena, tontonan yang dikonsumsi anak saat ini, cenderung pada adegan seksual. Baik sinetron, film, bahkan kartun sekalipun. Mau tidak mau anak akan menyaksikan adegan yang sebenarnya tidak pantas baginya. Gizi yang bagus dan rangsangan televisi yang tidak pantas untuk usianya, akan menjadi lebih cepat balig atau matang secara seksual dari yang seharusnya. Diiringi rasa ingin tahu yang tinggi, mereka akan cenderung meniru dan melakukan apa yang mereka lihat. Akibatnya seperti yang sering kita lihat sekarang ini. Anak menjadi pelaku dan sekaligus korban perilaku-perilaku seksual. Persaingan bisnis yang semakin ketat antar media, membuat pihak televisi mengabaikan tanggung jawab sosial, moral dan etika-nya.
Dengan demikian, yang seharusnya mengurangi menonton televisi yaitu, semua dan setiap orang, tidak terkecuali anak-anak, karena akibat buruk yang diberikan oleh televisi tidak terbatas oleh usia, tingkat pendidikan, status sosial, keturunan dan suku bangsa. Semua lapisan masyarakat dapat terpengaruh dampak buruk dari televisi, orang tua, anak-anak, si kaya maupun si miskin, si pintar dan si  bodoh, mereka dari latar belakang apa saja, tetap terkena dampak yang sama. Sebaiknya instansi pemerintah, instansi pendidikan, instansi agama, keluarga dan individu semua bersama-sama mendukung program “Hari Tanpa TV”, untuk membangun bangsa yang lebih baik.

2.3  Cara untuk Meminimalkan Dampak Negatif Tayangan Televisi pada Anak
Melihat fenomena tersebut, perlu dilakukan beberapa hal untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang lebih buruk yang diakibatkan oleh tayangan-tayangan kekerasan televisi tersebut. Oleh karena itu, berbagai upaya untuk meminimalkan dampak negatif tayangan televisi pada anak, antara lain yang harus dilakukan adalah berikut ini.
a.    Melakukan pendampingan saat anak menonton tayangan televisi, dengan menjelaskan berbagai dampak negatifnya.
b.    Membuat aturan yang disepakati bersama dalam menonton televisi, menyangkut pembatasan jam tontonan dan jenis tayangan yang boleh dan yang tidak boleh ditonton.
c.    Stasiun televisi diwajibkan membuat program acara untuk anak yang kids friendly, mendidik sekaligus menghibur, bukan sebaliknya program anak tetapi malah menjerumuskan anak dan tidak layak ditonton oleh anak.
d.   Stasiun televisi memberikan panduan, berupa informasi, misalnya dalam running text atau pengkodean yang jelas, yang bisa membedakan tayangan untuk anak dan dewasa.
e.    KPI (Komisi Penayangan Indonesia) perlu proaktif, memberikan advokasi kepada stasiun televisi maupun masyarakat, agar masyarakat menjadi kritis atau melek media (media literasi).
f.     Pemerintah mengeluarkan buku pedoman menonton televisi yang disebarluaskan untuk masyarakat.

2.4       Manfaat Hari Tanpa Televisi terhadap Perkembangan Anak
Manfaat hari tanpa televisi, yaitu dalam keadaan mati, anak akan memiliki kesempatan untuk berpikir, membaca, berkreasi melakukan sesuatu dan untuk menjalin hubungan yang menyenangkan dalam keluarga dan masyarakat. Mengurangi waktu menonton televisi membuat anak mempunyai lebih banyak waktu untuk bermain di luar, berjalan-jalan atau melakukan olahraga yang anak senangi. Pada saat bermain anak berkesempatan mengungkapkan perasaan        dan keingintahuannya sehingga mereka lebih berani dan tangguh                      (Tempo, 17 November 2008).
Untuk menjauhkan anak dari kebiasaan menonton televisi yaitu pergi keperpustakan atau ke toko buku terdekat, biasakan anak membaca buku. Bila sempat, sisakan waktu setiap hari. Kalau tidak, beberapa kali setiap minggu untuk membacakan cerita kepada anak. Selain itu, juga bisa untuk bercocok tanam, televisi menjauhkan kita dari alam. Padahal banyak hal yang bisa diajarkan oleh alam, dan yang tidak bisa didapatkan dari menonton televisi. Dengan mengajak anak bercocok tanam, kita bisa mengajarkan kepada anak banyak hal. Mulai membuat taman sendiri, atau bahkan satu pot saja. Dengan demikian, anak bisa belajar makna tumbuh dan bertanggung jawab. Ibaratnya, jika setiap kali anak menyiram bunganya di pagi hari, ia akan ingat bahwa tanaman seperti kita semua, mulai dari benih, tumbuh, berkembang dan kelak layu dan mati dan selalu perlu air dan matahari.
Dengan menerapkan pola asuh bermain yang disertai pengawasan orang tua, kegiatan ini akan mendidik anak memiliki kecerdasan fisik, emosional, dan rasa sosial. Tidak dimungkiri ada kekhawatiran para orang tua bahwa bermain akan mendekatkan diri anak pada hal buruk. Supaya hal itu tidak terjadi, disarankan sebaiknya orang tua bisa larut dalam kegiatan bermain anak.
BAB III
PENUTUP

3.1       Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, terkait dengan dampak tayangan televisi terhadap pola pikir anak, maka simpulan dapat diuraikan berikut ini.
1)   Televisi merupakan media komunikasi yang dapat menampilkan gambar dalam bentuk gerak, suara dan bunyi. Hingga sekarang ini, tidak ada sarana komunikasi lain yang dapat menyaingi televisi. Hal itu disebabkan karena televisi paling banyak diminati oleh khalayak, terutama dalam hal tayangan yang dipublikasikan. Sebenarnya televisi sangat bermanfaat bagi khalayak, karena dapat melihat dan mengetahui peristiwa-peristiwa peting. Misalnya, berita yang dapat menambah pengetahuan seseorang dan berbagai substansi lain yang bermanfaat bagi khalayak. Akan tetapi, kemajuan tersebut terkadang tidak diimbangi dengan tayangan-tayangan yang baik. Banyak tayangan-tayangan televisi yang tidak mendidik, tetapi justru menjerumuskan khalayak pada perbuatan-perbuatan yang tidak baik, terutama pada anak-anak yang belum mempunyai pemahaman yang kuat.
2)   Pengaruh tayangan televisi tidak hanya berdampak negatif terhadap pola pikir anak yang sederhana. Akan tetapi, berdampak pula pada perkembangan otak, mengurangi konsentrasi, meningkatkan kemungkinan obesitas, mengurangi kreativitas dan cepat mematangkan siswa dalam hal seksual.
3)   Salah satu upaya untuk meminimalisir dampak negatif tayangan televisi, yaitu tidak hanya dapat dilakukan oleh pihak orang tua. Akan tetapi sebaiknya, dari pihak KPI (Komisi Penayangan Indonesia) juga berusaha untuk meminimalkan tayangan televisi yang berdampak negatif pada anak, karena banyak fenomena-fenomena yang terjadi pada anak, baik itu bentuk kekerasan, pembunuhan dan kejadian-kejadian lain yang disebabkan oleh tayangan televisi.
4)   Masa anak-anak adalah masa hiperaktif yang selalu ingin mengetahui suatu hal yang belum dipahami dan cenderung utuk meniru, jika waktu senggang anak banyak dihabiskan di depan layar televisi, maka akan mengurangi potensi yang dimiliki anak, baik itu kreativitas, pola pikir yang sederhana dan lain sebagainya. Lebih baik anak berkumpul dengan teman-teman sebayanya daripada menonton televisi. Banyak manfaat yang diperoleh anak tanpa harus selalu  menonton televisi, di antaranya yaitu selain menumbuhkan kreativitas, anak juga akan memiliki kesempatan untuk berpikir, membaca, berkreasi melakukan sesuatu dan untuk menjalin hubungan yang menyenangkan dalam keluarga dan masyarakat.

3.2       Saran
Berdasarkan bahasan pada paparan tersebut, adapun saran terhadap dampak negatif tayangan televisi pada pola pikir anak, yaitu mencegah, melarang atau bahkan meniadakan tayangan-tayangan televisi yang berpengaruh terhadap perkembangan anak, karena semakin banyak anak berada di depan layar televisi, yang ada di dalam pikiran anak hanyalah bayangan seorang tokoh yang diidolakan dalam tayangan televisi yang sering ditonton anak sehari-hari. Tidak ada masalah, jika tayangan yang ditonton adalah tayangan yang baik terhadap diri anak. Akan tetapi masalah yang dihadapi sekarang ini yaitu, jika anak menonton tayangan yang tidak baik untuk perkembangan pola pikir anak, karena anak akan cenderung meniru tingkah laku yang sama dengan apa yang dilihat di televisi. Oleh karena itu, peran orang tua sangat dibutuhkan untuk mengawasi tingkah laku anak. Maka dari itu sebaiknya, orang tua juga ikut mendampingi anak pada saat menonton tayangan televisi, agar orang tua mengetahui apakah tayangan tersebut baik untuk diri anak, sehingga orang tua dapat langsung melarang jika tayangan yang ditonton anak tidak baik terhadap perkembangan pola pikirnya.





DAFTAR PUSTAKA
Anggarani, Asih., et al. Mengasah Keterampilan Menulis Ilmiah di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006.

Chaplin. “Pola Pikir Anak” www.google/http://eko 13/wordpress/com/pengertian imprinting, (online) 16 Maret 2001.

Feith, Herbert. ”Pengertian Televisi”.www.google/http//mailarchive/com/ mayapadaprana@yahoogroups/com/msg04196/html, (online) 30 Oktober 2008.

Devito, Joseph A. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Profesional Books, 1997.

Effendy, Onong Uchjana., Prof, Drs, MA. Hubungan Masyarakat. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006.

Hadriani P. “Bermainlah Agar si Kecil Tangguh”, Tempo, 17 November, 2008, hlm. B5, Tempo, 17 November, 2008.

Keraf, Gorys., Prof, DR. Komposisi. Flores: Nusa Indah, 1997.

Novianto, HP. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Solo: Bringinss Solo, 2000.















DAMPAK NEGATIF TAYANGAN TELEVISI
TERHADAP KUALITAS POLA PIKIR ANAK



MAKALAH




Oleh:

YETTI HIDAYATILLAH
NIM. 07350007




JURUSAN CIVIC HUKUM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2008

DAMPAK NEGATIF TAYANGAN TELEVISI

TERHADAP KUALITAS POLA PIKIR ANAK



MAKALAH



Tugas untuk memenuhi syarat mengikuti Ujian Akhir Semester
mata kuliah Bahasa Indonesia Keilmuan



oleh


YETTI HIDAYATILLAH
Jurusan Civic Hukum
No. Mhs. 07350007







MALANG
2008
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO
v  Sesungguhnya Kami memelihara kamu dari kejahatan orang-orang yang  memperolok-olok kamu” (Surat Al-Hijr ayat 95)
v  “Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu” (Surat Muhammad ayat 36).
v  Kesuksesan hanya bisa diraih dengan usaha yang gigih dan diseratai doa.


PERSEMBAHAN

Makalah ini kupersembahkan pada:

Ø   Bapak dan Ibu yang selalu memberikan doa restu dan mendukung saya.
Ø   Dra. Hari Windu Asrini, MSi., selaku Dosen pembimbing yang telah membantu dan mengarahkan penulis dalam penyusunan makalah ini.
Ø   Kakak Sudarsono yang selalu menghibur saya ketika sedih dan dalam kesusahan.
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah ke-hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah dengan judul, “Dampak Negatif Tayangan Televisi terhadap Kualitas Pola Pikir Anak”, dapat terselesaikan. Sholawat serta salam selalu terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta sahabat-sahabat-Nya yang telah membawa kita dari zaman jahiliah ke alam yang terang-menderang seperti sekarang ini.
Selama penyusunan makalah ini, bantuan dari berbagai pihak sangat besar sekali artinya bagi penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
  1. Drs. Rohmad Widodo, M.Si., selaku Ketua Jurusan Civic Hukum yang telah memberikan nasehat dan bimbingan pada penulis.
  2. Dra. Hari Windu Asrini, M.Si., selaku Dosen pembimbing yang telah membantu dan mengarahkan penulis dalam penyusunan makalah ini.
  3. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan doa restu dan segalanya yang begitu berarti bagi penulis, sehingga terselesaikannya penyusunan makalah ini.
  4. Teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, yang tiada bosan-bosannya memberikan pendapat dan saran, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
  5. Semua lembaga dan orang-orang yang telah membantu dan memberikan semangat pada penulis, yang tidak dapat saya sebutkan  satu persatu.

Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah pengetahuan pembaca, tentang Dampak Negatif Tayangan Televisi terhadap Pola Pikir Anak, agar lebih berhati-hati dalam memilih tayangan yang aman untuk anak. Kritik dan saran sangat dibutuhkan agar penyusunan makalah ini menjadi lebih baik.
                                                                           
                                                                    Malang, 23 Desember 2008
                                                                                      Penulis

DAFTAR ISI


HALAMAN LUAR COVER  ................................................................................ i                                                                              
HALAMAN DALAM COVER  ........................................................................... ii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................. iii
KATA PENGANTAR  ......................................................................................... iv
DAFTAR ISI  ......................................................................................................... v

BAB I      PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang  ............................................................................... 1
1.2     Rumusan Masalah  .......................................................................... 2
BAB II    PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Tayangan televisi  dan Dampaknya Pada Anak ............ 3
2.2  Pengaruh tayangan Televisi Terhadap pola Pikir Anak ................... 4
2.3  Cara untuk meminimalkan Dampak Negatif Tayangan         Televisi pada Anak                   9
2.4  Manfaat Hari tanpa Televisi Terhadap Perkembangan       Anak                                         10
BAB III   PENUTUP
3.1 Simpulan  ....................................................................................... 11
3.2  Saran ............................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA 

2 komentar: